Dalam pandangan Islam, bekerja dan berusaha, termasuk berwirausaha boleh dikatakan merupakan bagian tak terpisahkan oleh manusia karena keberadaannya sebagai khalifah fil-ardh dimaksudkan untuk memakmurkan bumi dan membawanya ke arah yang lebih baik. Kerangka pengembangan kewirausahaan di kalangan tenaga pendidik dirasakan sangat penting. Karena pendidik adalah agent of change yang diharapkan mampu menanamkan ciri-ciri, sifat dan watak serta jiwa kewirausahaan atau jiwa entrepreneur bagi peserta didiknya. Disamping itu jiwa entrepreneur juga sangat diperlukan bagi seorang pendidik, karena melalui jiwa ini, para pendidik akan memiliki orientasi kerja yang lebih efisien, kreatif, inovatif, produktif serta mandiri.
Kata wirausaha atau entrepreneurship sebenarnya tidak ada dalam teks suci Agama Islam. Kendati demikian, bukan berarti entrepreneurship tidak diperbolehkan dalam Islam. Justru sebaliknya entrepreneur sangat dianjurkan. Entrepreneurship kini memang menjadi fenomena menarik. Banyak orang berbondong ingin menjadi entrepreneur. Baik tua maupun muda. Baik yang belum pernah berprofesi, maupun yang sebelumnya sudah menjadi karyawan. Iming-iming keberlimpahan materi dan ketenaran menjadi salah satu pendorong mereka. Diakui atau tidak, usahawan memang sangat dibutuhkan. Mereka membuka lapangan pekerjaan, tidak mencari pekerjaan. Hal inilah yang dianggap dapat membawa kemanfaatan kepada masyarakat. Apalagi, di jaman yang penuh persaingan seperti ini. Seseorang harus mampu menciptakan sesuatu yang baru secara kreatif. Oleh karena itu, menjadi seorang pengusaha dinilai menjadi salah satu instrumen efektif untuk mengurangi kemiskinan dan ketertinggalan sebuah bangsa.
Awalnya Islam adalah agama kaum pedagang. Islam lahir di kota dagang dan disebarkan oleh pedagang. Sampai abad ke-13, penyebaran Islam dilakukan oleh para pedagang muslim ke berbagai penjuru dunia.
Tidak heran jika entrepreneurship sudah melekat dan inheren dengan diri umat Islam. Entrepreneurship sesungguhnya mendapat tempat yang sangat tinggi dalam Islam. Islam mengangkat derajat kaum pedagang, dengan memberikannya kehormatan sebagai profesi pertama yang diwajibkan membayar zakat. Lagipula, sebagai umat yang ditunjuk sebagai khalifah, sudah sepantasnya kita menujukkan kepemimpinan di dunia. Bahkan, Rasulullah SAW tak henti-hentinya menghimbau umatnya untuk menjalankan entrepreneurship dalam rangka mencari kesuksesan. Sebuah hadist menyebutkan bahwa 9 dari 10 pintu rejeki berasal dari berdagang. Dalam surat al-Jum’ah ayat 10 juga ditegaskan, “Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.” Dalam surat tersebut terdapat dua kata kunci, yaitu bertebaranlah dan carilah. Artinya, kita tidak hanya dituntut untuk bekerja dan berusaha. Tetapi juga menggunakan seluruh potensi dan kemampuan bisnis.
Sejarah Islam mencatat bahwa Entrepreneurship telah dimulai sejak lama, pada masa Adam AS. Dimana salah satu anaknya Habil berwirausaha dengan bercocok tanam dan Qobil berwirausaha dengan menggembala hewan ternak. Banyak sejarah nabi yang menyebutkan mereka beraktivitas di kewirausahaan, sebagian dari mereka berwirausaha di sektor pertanian,peternakan, kerajinan dan bisnis perdagangan.Contoh yang paling nyata adalah Nabi Muhammad SAW, awalnya beliau terlibat di bisnis dengan memelihara dan menjual domba, kemudian membantu bisnis pamannya dan akhirnya me-manageer-i bisnis saidatina khadijah.
Ada banyak juga orang-orang tidak tertarik untuk menjadi seorang entrepreneur dialasankan banyak hal-hal yang perlu dipertimbangkan untuk menjadi seorang entrepreneur. Mereka lebih memilih zona aman tanpa memikirkan besarnya resiko kerugian. Tak heran jika masyarakat kita lebih berminat menjadi pegawai negeri sipil atau menjadi karyawan di sebuah perusahaan dibandingkan menjadi seorang entrepreneur. Hal ini membuktikan bahwa tidak semua orang memiliki jiwa entrepreneur.
Menjadi seorang entrepreneur memang tidak mudah, besarnya resiko usaha menjadi salah satu penghalang terbesar bagi masyarakat untuk memulai usaha.
No comments:
Post a Comment